widget

http://www.wapskin.us/2013/09/kumpulan-animasi-untuk-mempercantik-blog.html/

Selasa, 07 Oktober 2014


CERITA PUNK IN LOVE

Almira (Aulia Sarah), Arok (Vino G. Bastian), Mojo (Yogi Finanda), dan Yoji (Andhika Pratama) adalah 4 anak punk yang berasal dari Malang. Suatu hari, Arok berniat bunuh diri dengan meloncat dari kantor Departemen Agama setelah mendapat kabar bahwa pujaan hatinya Maia (Girindra Kara) hendak menikah dengan pemuda lain di Jakarta 5 hari lagi. Untunglah aksi tersebut dapat dicegah oleh 3 sahabatnya, lalu Arok berinisiatif ke Jakarta untuk menggagalkan pernikahan Maia dan menyatakan cinta kepadanya. Setelah berpamitan dengan ibu Mojo (Hani) di kuburan, keempat anak punk tersebut ikut naik truk merah menuju Yogyakarta, dan dari sana mereka berencana mencari tumpangan lain ke Jakarta.
Malangnya, mereka terbawa truk yang salah. Alih-alih ke Yogya, mereka malah terbawa ke Gunung Bromo. Malam hari terpaksa mereka lewatkan dengan tidur di emperan warung. Paginya, mereka membantu pemilik warung bersih-bersih, sambil bersih-bersih Arok mengutil 1 cincin dipikirnya sebagai tanda cintanya kepada Maia. Setelah bersih-bersihnya selesai sebagai imbalannya, mereka dijamu makan di sana. Menumpang jeep, mereka berempat menuju ke barat. Jeep tersebut membawa mereka ke Makam Bung Karno di Blitar. Mojo yang mengagumi sosok Bung Karno mendeklamasikan teks proklamasi di depan makam. Setelah itu, mereka menaiki mobil rusak yang diderek ke Cepu. Di dalam mobil, mereka berdiskusi hebat mengenai masalah anti-kemapanan.
Di tempat tujuan, mereka bertemu dengan seorang penjual sate Madura (Suro) dan meminta buatkan 40 tusuk sate. Namun karena keempat anak punk tadi memberi tukang sate itu dengan uang Rp6.000,-, tukang sate itu marah sambil menghunus celurit. Hampir saja keempat anak punk itu dihabisi kalau Arok tidak meneriakkan kata-kata penyesalan untuk Maia karena tak berhasil menyatakan cinta. Tukang sate itu mengampuni mereka atas dasar kesamaan nasib. Dirinya gagal menikah dengan pujaan hatinya Tiwi karena orang tua Tiwi berniat menjodohkan anaknya dengan seorang juragan garam. Tidak itu saja, mereka dibolehkan membeli 20 tusuk sate tanpa lontong seharga Rp6.000,- asalkan mereka sendiri yang membakar. Almira, Arok, Mojo, dan Yoji meneruskan perjalanan ke Semarang dengan menumpang minibus. Di tengah perjalanan, Yoji merasa ingin buang air besar akibat sate yang dimakan semalam. Akhirnya, Yoji buang air besar di jendela, tapi tinjanya malah mengenai mobil di belakangnya, yang ternyata dikemudikan anggota TNI-AD (Rudy). Sebagai hukuman, Arok, Mojo, dan Yoji dihukumpush-up di depan sebuah kelenteng, sementara Almira disuruh membersihkan tinja yang bercokol di kaca mobil.
Mereka meneruskan perjalanan ke Rembang. Di permukiman Tionghoa di pinggir pantai, Mojo melihat poster bergambar Yoji yang sedang main basket. Mojo tertawa karena merasa pose Yoji konyol, sehingga mengundang 3 sahabatnya mendekat. Setelah mengamati, Almira dan Arok juga ikut tertawa. Tinggallah Yoji yang marah dan meninggalkan mereka ke pinggir pantai. Almira menyusul dan mengatakan kalau Yoji terlihat menjijikkan di poster itu. Akhirnya, Yoji ikut tertawa.
Setelah itu, mereka menumpang truk pengangkut tepung terigu ke Semarang. Di Semarang, mereka turun di suatu tempat yang sedang dilanda banjir. Terpaksalah Arok, Mojo, dan Yoji berjalan sambil menggotong Almira yang tentunya tidak mungkin menanggalkan pakaian bawah. Akhirnya, mereka semua tercebur ke air karena Yoji merasa ada yang lewat di kakinya. Malam harinya, mereka menumpang kereta api barang setelah membantu membereskan sampah yang dibawa seorang pemulung tua (Saputra). Selama perjalanan, Arok bermimpi disodomi oleh bapak-bapak (Hartawan) yang memisahkan dirinya dengan Maia dan teman-temannya menertawakannya. Setiba di Stasiun Notog (Banyumas), mereka menumpang mobil ambulans yang membawa mereka ke Cirebon. Perjalanan ini diwarnai dengan sopir (Rombeng) yang terkantuk-kantuk, sehingga ugal-ugalan dalam mengemudikan mobil. Keempat anak punk itu ketakutan. Mengikuti Mojo, mereka berdoa kepada Tuhan agar selamat dalam perjalanan, padahal sebelumnya Almira, Arok, dan Yoji mengingkari keberadaan Tuhan.
Setiba di Cirebon, mereka semua kelaparan. Yoji dan Almira mengamen di jalanan dengan menyanyi dangdut dan berjoget. Arok dan Mojo awalnya tidak mau ikut karena malu ketahuan bergaya dangdut oleh grup punk lain, tapi demi perut akhirnya mereka turut pula meramaikan. Seusai makan nasi bungkus, Almira kelabakan karena datang bulan. Mereka berempat segera datang ke sebuah warung membeli 2 pembalut, dan pemilik warung (Otig Pakis) menyediakan 2 bungkus. Arok merobek salah satu bungkusan dan menunjukkan 2 lembar pembalut karena uangnya kurang. Pemilik warung marah dan menuntut mereka membayar bungkusan yang dirobek. Lalu Almira terlibat bisik-bisik dengan Arok dan Mojo dan merencanakan untuk melempar uang dan membawa lari bungkusan, sementara Yoji berusaha membujuk pemilik warung. Tak dinyana, karena mendengar 3 anak punk itu berbisik-bisik dalam bahasa Jawa dialek Arekan/Jawa Timuran, pemilik warung itu mengizinkan 2 pembalut bungkus itu dibawa karena ternyata ia berasal dari Malang.
Pada malam harinya, Arok dkk. hendak meneruskan perjalanan ke Jakarta, tapi ternyata Mojo tampak lemah. Setelah diperiksa, ternyata luka di kakinya – akibat terjatuh saat menggotong Almira di Semarang – terinfeksi kuman tetanus. Mereka pun datang ke klinik terdekat, namun ditolak masuk oleh resepsionis (Andhika Dharmapermana) dan satpam yang beralasan klinik penuh. Sambil mengeluarkan sumpah serapah, Arok putus asa dan hendak pulang ke Malang, karena percuma saja membawa serta Mojo yang sedang sekarat ke Jakarta. Terbata-bata Mojo berkata untuk jangan pulang ke Malang, karena akan sia-sia saja bila dirinya kelak mati bila sahabatnya gagal meraih keinginannya. Akhirnya, Arok dan Yoji berinisiatif menculik dokter klinik (Aline Jusria) tersebut yang baru pulang kerja, dan memintanya mengobati Mojo.
Mereka akhirnya tiba di Stasiun Jatinegara, Jakarta. Memasuki jalanan yang padat, Arok menunjukkan cincin yang dicurinya dari toko cenderamata di Bromo untuk diserahkan kepada Maia. Ketiga sahabatnya marah karena semestinya cincin itu bisa dijual untuk makan. Mojo yang emosi menonjok muka Arok, dan tanpa sengaja menubruk seorang pejalan kaki. Pejalan kaki itu menubruk seseorang yang duduk di warung, yang ternyata Leo (Dendy Subangil), preman di wilayah itu. Leo menghajar si pejalan kaki, yang kemudian menunjuk Arok sebagai orang yang menubruknya. Akhirnya Leo melepas pejalan kaki, dan gantian menyerang Arok dan membuatnya terkapar. Polisi keburu datang, lalu Leo melarikan diri bersama anak buahnya. Sebelum itu, ia sempat membawa cincin Arok yang terjatuh.
Jadilah keempat anak punk itu masuk penjara. Atas bujukan Maia, Yoji menghubungi Tante Rossa (Catherine Wilson) yang dahulu membawanya menjadi model. Tante Rossa mengeluarkan keempat anak punk itu dengan memberi jaminan, dengan syarat Yoji harus ikut 3 kali sesi pemotretan. Yoji awalnya enggan, tapi akhirnya menyanggupi. Mereka segera pergi ke tempat pengantin. Di tengah jalan, Arok melihat Leo sedang berada di warung bersama anak buahnya. Arok meminta mobil berhenti, dan keluar lalu menantang Leo berkelahi. Setelah itu, ia segera melarikan diri bersama dengan 3 sahabatnya dan Tante Rossa. Leo dkk. mengejar, dan mencegat mereka berlima di sebuah perkampungan. Lalu datang Ekay (Ade Habibie) dan anak buahnya. Ekay menyuruh agar Arok dan Leo menyelesaikan masalahnya sendiri menggunakan tangan kosong. Pada awal pertarungan, Arok babak belur, tapi setelah Maia datang dan memberi semangat, Arok terbakar semangatnya dan bertubi-tubi menghajar Leo sampai babak belur. Akhirnya Arok mendapatkan cincinnya dan memasangkannya ke jari Maia sambil menyatakan cinta. Maia ternyata juga mencintai Arok. Mendadak, seorang pemuda bernama Andra (Dallas Pratama) yang sedianya hendak menikah dengan Maia bertanya kepada calon isterinya itu, pilih Arok atau dirinya. Maia memilih Arok, tapi itu malah membuat Andra bersyukur karena sesungguhnya dirinya belum siap menikah. Itulah sebabnya, mengapa selama beberapa hari sebelum hari pernikahannya, Andra ogah-ogahan mengurusi persiapan nikah dan tenggelam dalam aktivitas grup musiknya. Bersamaan itu pula Yoji menyatakan cintanya pada Almira.
Film ditutup dengan Arok dan Maia yang sedang mengandung menyambut pelanggan di depan Warung Maia Arok yang didirikannya, Yoji yang menjadi model, dan Mojo – yang dahulunya penggali kubur – mewujudkan impiannya menjadi aktor.
Smpn2 cianjur adalah sekolah menengah pertama yang terdapat di cianjur.Sekolah Smpn2 ini telah menjadi sekolah standar nasional dan pada tahun 2008 ini telah terdapat satu kelas inggulan yaitu kelas acceleration yaitu kelas yang hanya 2 tahun sekolah langsung bisa melanjutkan ke SM.Di SMP 2 Cianjur terdapat banyak fasilitas seperti:
1.perpustakaan
2.Lapangan Basket
3.Labolatorium Komputer
3.Labolatorium Ipa
4. DLL
Smp 2 cianjurpun mempunyai banyak prestasi dari akademik maupun non akademik.Smp2 cianjurpun mempunyai tempat untuk menyalurkan bakat-bakat yang terdapat extra kulikuler seperti:
1.Pramuka
2.Pask int atau paskibra
3.Basket
4.Pramuka
5.PKS
6.PLBA
7.Sepak Bola
8.PMR
9.PMR
Biasanya setiap kelas mempunyai nama kelas seperti Kelas 8 BHE yang nama trendnya D'Beatles.D'Beatles adalah nama kelas untuk kelas 8b.Nama D'Beatles adalah sebuah singkatan yang kepanjangannya Delapan bhe asik ter luthu end smart.D'Deatles adalah kelas yang terbaik diantara kelas lainnya.Anggota D'Beatles terdiri dari 44 orang yang terdiri dari 33 orang perempuan dan 11 orang laki-laki.8b di Pimpin oleh Bella dan wakilnya David tapi orang paling baik dikelas ini adalahoarng yang ngebuat blogger ini yaitu ALFI.Selain D'Beatles masih banyak kelas lain seperti ntuk kelas 8a yaitu Arsenal,8c D'crockil,DLL.
Exkul yang paling banyak anggotanya adalah Pramuka.Nama organisasinya adalah IMPEEZA.Impeeza adalah sebuah eskul Pramuka di Smp Negeri 2 Cianjur.Nama Impeeza berasal dari bahasa pedalaman suku Afrika yang artinya Serigala yang tak pernah tidur.Nama ini diberikan kepada Lord Baden Powel atas Perjuangannhya di Afrika.Impeeza didirikan sekitar tahun 1985 dan pada Tahun ajaran 2007/2008 sudah mempunyai angkatan ke 22. dan penulis merupakan Impeeza Angkatan 20.
Banyak prestasi yang telah ditorehkan oleh eskul ini diantaranya Berturut-turut memenangkan Lomba Tingkat Kabupaten Cianjur pada tahun 2002 dan 2006.dan banyak prestasi yang diraih pada pekan-pekan Lomba baik antar Sekolah maupun Tingkat Kabupaten Cianjur.Impeeza merupakan Pangkalan Pramuka yang terkenal, baik di tingkat Kabupaten maupun Provinsi.Pada Tahun sekarang ini Alhamduliillah impeeza masih menduduki peringkat pertama Pangkalan Pramuka penggalang SMP terbaik se Kabupaten Cianjur.
Penulis sebagai Anggota Impeeza, mengaku merasa senang telah masuk mmenjadi anggota impeeza karena banyak pengalaman menarik dan ilmu yang bermanfaat yang diraih saat menjadi anggota Impeeza. Impeeza bukan sekedar eskul tapi merupakan ikatan keluarga yang terus dilestarikan sampai kini.Masuk Anggota impeeza pasti anda akan merasa senang dan bahagia karena anda akan mendapatkan banyak pengalaman menarik dan ilmu-ilmu yang Insya Allah dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Diantara kegitan-kegiatan Kepramukaan. Ada Juga kegiatan yang pernah menjadi Agenda kunjungan dan kegiatan diluar sekolah diantaranya:
  1. Kunjungan ke Istana presiden Cipanas pada Tahun 2005
  2. Kunjungan ke Peternakan sapi, Warungkondang pada tahun 2006
  3. Kunjungan ke Kebun Teh Gedeh pada Tahun 2006
  4. Pelantikan Anggota baru dan kenaikan tingkat di Mandala Kitri Scout Camp Cibodas, Setiap satu tahun sekali.
  5. Pendakian ke Gunung Mananggel pada tahun 2007.
  6. pendakia Gunung gede Pangrango
  7. Dianpinru 
  8. lomba tingkat IV se Jawa Barat
Eskul yang lainnya adalah PLBA.PLBA diketuai oleh Muchamad Alfi Nurrachman dari kelas 9'3.PLBA adalah suatu organisasi dalam bidang keagamaan.Pembimbing PLBA adalah Gun gun Wiguna.

kisah anak berprestasi

Seorang sarjana muda yang cerdas membuat aplikasi untuk posisi manajerial disebuah perusahaan besar. Dia lulus pada interview tahap pertama, dan tahap selanjutnya adalah interview dengan jajaran direksi. Sang direktur menemukan prestasi-prestasi cemerlang dalam CV anak muda tersebut. Sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi, anak muda tersebut selalu mendapat peringkat pertama. Melihat prestasi-prestasi tersebut, sang direktur pun bertanya: “Apakah Anda menerima beasiswa semasa sekolah dan kuliah?” Anak muda itu menjawab : “Tidak pak….!” Direktur bertanya lagi : “Apakah ayah Anda yang membayar biaya sekolah Anda?” Anak muda itu menjawab : “Ayah saya telah meninggal dunia ketika saya baru berumur satu tahun. Seluruh biaya sekolah saya dibayarkan oleh Ibu saya..” Lalu Direktur bertanya lagi : “Di mana ibumu bekerja?” Dan anak muda itu menjawab : “Ibu saya bekerja sebagai seorang pencuci pakaian…” Direktur itu meminta anak muda tersebut untuk menunjukkan tangannya. Dan anak muda itu memperlihatkan kedua tangannya yang sempurna dengan telapak tangan yang sangat halus. Melihat itu Direktur bertanya lagi : “Pernahkah Anda membantu ibu Anda mencuci pakaian sebelumnya?” Anak muda itu menjawab : “Tidak pernah pak. Ibu saya selalu menginginkan saya belajar dan membaca banyak buku. Lagi pula, Ibu mencuci baju jauh lebih cepat ketimbang saya” Direktur tersebut kemudian berkata : “Saya punya satu permintaan. Sekarang anda pulang dan ketika nanti anda sampai di rumah, cuci dan bersihkan tangan ibumu, kemudian temui saya besok pagi” Anak muda tersebut merasa kesempatannya mendapat pekerjaan tersebut sangat besar. Karena itu ketika dia sampai di rumah, dengan begitu gembira ia meminta izin kepada ibunya agar ia boleh mencuci tangan beliau. Ibunya merasa sedikit asing, aneh, juga bahagia dan perasaan-perasaan lainnya bercampur jadi satu. Sang Ibu kemudian memberikan kedua tangannya kepada sang anak. Lalu anak muda tersebut membersihkan tangan Sang Ibu dengan perlahan. Airmatanya mulai menetes saat itu. Ini pertama kalinya ia menyadari bahwa tangan ibunya sudah penuh dengan kerutan, dan terdapat banyak memar dan kapalan di sana sini . Beberapa memar sepertinya terasa begitu sakit, sampai-sampai Sang Ibu menggigil ketika memar tersebut dibersihkan. Ini pertama kalinya anak muda tersebut menyadari bahwa kedua tangan yang sedang dibersihkan inilah yang digunakan Sang Ibu setiap hari untuk mencuci pakaian banyak orang, sehingga Sang Ibu dapat membiayai biaya sekolah anaknya. Memar-memar dan kapalan yang ada di tangan Sang Ibu adalah harga yang harus dibayar atas kelulusan anak tersebut, atas prestasinya yang luar biasa, dan untuk masa depannya. Setelah selesai mencuci tangan Sang Ibu, anak muda tersebut diam-diam mencuci sisa baju yang belum sempat dicuci oleh ibunya. Dan malam itu, anak dan ibu tersebut berbincang sangat lama sekali. Besok paginya, anak muda tersebut bergegas menemui sang direktur. Direktur tersebut menangkap airmata di wajah anak muda tersebut. Ia pun kemudian bertanya : “Bisa Anda ceritakan apa yang telah Anda lakukan kemarin dan apa pelajaran yang Anda dapat dari sana ?” Anak muda tersebut menjawab : “Saya mencuci tangan Ibu saya, dan kemudian saya menyelesaikan sisa cucian Ibu yang belum tercuci “ “Tolong ceritakan perasaan Anda ketika itu” ujar Direktur lagi. Lalu anak muda itu menjawab : ” Pertama, saya sekarang tahu apa arti apresiasi. Tanpa ibu saya, tidak akan pernah ada seorang saya hari ini. Kedua, saya baru menyadari betapa sulit dan beratnya Ibu menjalani pekerjaannya. Dan dengan bekerja membantu Ibu, ternyata pekerjaan itu dapat meringankan beban Ibu. Ketiga, saya datang hari ini untuk mengapresiasi betapa penting dan bernilainya hubungan keluarga” Mendengar itu lalu Direktur tersebut berkata : “Inilah yang saya cari dari seorang calon manager. Saya ingin merekrut seseorang yang dapat mengapresiasi dan menghargai bantuan orang lain, seseorang yang tahu persis perjuangan orang lain untuk mengerjakan sesuatu, dan seseorang yang tidak akan menempatkan uang sebagai tujuan hidup satu-satunya. Oleh karena itu mulai hari ini anda diterima bekerja disini…!”.